cara mudah menghafal 58 langkah APN
BY: SELY nur H
- doran teknus perjol pulka
- siap alat siap diri
- celmek
- cuci
- sarung
- oksi
- bersih
- PD
- celup
- DJJ
- siap
- dan keluarga
- pimpin
- atur posisi
- handuk
- bokong
- buka
- sarung
- kepala
- cek liitan
- tunggu
- biparietal
- sanggah
- susur
- nilai
- keringkan
- pastikan
- beritahu
- suntik
- jepit
- potong
- ikat
- hangatkan
- pindahkan
- regangkan
- kontraksi
- dorsokranial
- lahirkan
- masase
- cek kotiledon
- cek laserasi
- pastikan
- kontak
- ukur
- suntikan
- pemantauan
- ajarkan
- evaluasi
- TTV
- periksa bayi
- dekontaminasi
- buang sampah
- bersihkan ibu
- pastikan ibu nyaman
- dekontaminasi tempat
- rendam
- cuci tangan
- pendokumentasian
1. kenali adanya tanda dan gejala kala II
2. Memastikan
kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke
dalam wadah partus set.
3.
Memakai celemek plastik.
4.
Memastikan lengan tidak
memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.
5. Menggunakan
sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan
dalam.
6. Mengambil
alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin
dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan
vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan
pemeriksaan dalam - pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah.
9.
Mencelupkan tangan kanan yang
bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan
dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10.
Memeriksa denyut jantung janin
setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ dalam batas normal (120
– 160 x/menit).
11.
Memberi tahu ibu pembukaan
sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada
his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12.
Meminta bantuan keluarga untuk
menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam
posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13.
Melakukan pimpinan meneran
saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14.
Menganjurkan ibu untuk
berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15.
Meletakan handuk bersih (untuk
mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5 – 6 cm.
16.
Meletakan kain bersih yang
dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17.
Membuka tutup partus
set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai
sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19.
Saat kepala janin terlihat
pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih
untuk menderingkan janin pada perut ibu.
20.
Memeriksa adanya lilitan tali
pusat pada leher janin
21. Menunggu
hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22.
Setelah kepala melakukan
putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23.
Setelah bahu lahir, geser
tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan
siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
tangan dan siku sebelah atas.
24.
Setelah badan dan lengan
lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah
janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri
diantara kedua lutut janin)
25.
Melakukan penilaian selintas :
a.
Apakah bayi menangi kuat dan
atau bernapas tanpa kesulitan?
b.
Apakah bayi bergerak aktif ?
26.
Mengeringkan tubuh bayi nulai
dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Membiarkan bayi atas perut ibu.
27.
Memeriksa kembali
uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu
ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam
waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
30.
Setelah 2 menit
pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan
satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat
tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
33.
Menyelimuti ibu dan
bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34.
Memindahkan klem pada tali
pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35.
Meletakan satu tangan diatas
kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan
lain menegangkan tali pusat.
36.
Setelah uterus
berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi
prosedur.
37.
melakukan penegangan dan
dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorso-kranial).
38.
Setelah plasenta tampak pada
vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa
ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput
ketuban.
39.
Segera setelah plasenta lahir,
melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara
sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)
40.
Periksa bagian maternal dan
bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh
kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam
kantong plastik yang tersedia.
41.
Evaluasi kemungkinan
laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
42.
Memastikan uterus
berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan
bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam.
44. Setelah
satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di
paha kiri anterolateral.
45.
Setelah satu jam
pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
di paha kanan anterolateral.
46.
Melanjutkan
pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan
ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
50.
Memeriksa
kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan
semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi.
52. Buang
bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu
ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54.
Memastikan ibu merasa nyaman
dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
55.
Dekontaminasi tempat
persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56.
Membersihkan sarung tangan di
dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58.
Melengkapi partograf.
begitulah kira2
silahkan tambah dengan sumber lain biar lebih baik bagus
semoga bermanfaat ya...
ADA YG TERBARU LAGI KAWAND,,,,,,
BY: sely nur H
Untuk melakukan asuhan persalinan
normal (APN) dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut:
1. Mendengar & Melihat Adanya
Tanda Persalinan Kala Dua.
2. Memastikan kelengkapan alat
pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat
suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai
perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT
pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan
tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam
wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum
dengan kapas basah yang telah dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan
vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam –
pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang
bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin
setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160
x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah
lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila
ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk
menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat
ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan,
berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk
mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang
dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan
memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada
kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada
vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih pada perut ibu untuk
mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain kering dan bersih yang dilipat 1/3
bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu kita melakukan perasat stenan (perasat
untuk melindungi perineum dngan satu tangan, dibawah kain bersih dan kering,
ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain
dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar
posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus
dan perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka
mulut dan hidung bayi dengan kasa steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali
pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin
selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran
paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan
kepada ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan
bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah
bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku
sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir,
tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut
janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan
atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai
dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan
disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi
lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian
distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca
persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada
2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali
pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali
pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan
benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan
kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat
hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas
kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi,
menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan
uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah
30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. melakukan penegangan dan
dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada
vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada
tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk
membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir,
melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara
sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus
baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan
bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh
kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong
plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi
pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi
dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan
kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan
penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan
vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian
vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi
dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara
melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah
kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan
kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap
30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk
memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan
bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan
bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang
terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan
menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu
ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan
beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan
dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di
dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir.
58. Melengkapi partograf.
Sumber :
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik
Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal.
Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neonatal Care, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2002