Sabtu, 11 Januari 2014

cara mudah menghafal 58 langkah APN

 cara mudah menghafal 58 langkah APN 

BY: SELY nur H

buat mahasiswi kebidanan manapun wajib mengetahui 58 langkah APN tapi terkadang kal au bukan waktunya ujian  kdang kita suka lupa. menurut pengalamanku menghafal dengan cara keyword itu gampang udah gak asing lagi kayaknya. tapi gak da salahnya juga kan aku cantumin di blog kali aja bisa bantu yang temen2 lain. sebelumnya mohon maaf  blog ini di ambil berdasarkan pengalaman dan berbagai sumber yang lain. langsung aja ni dia cara mudah menghafa 58 langkah

  1. doran teknus perjol pulka
  2. siap alat siap diri
  3. celmek
  4. cuci 
  5. sarung
  6. oksi
  7. bersih 
  8. PD
  9. celup
  10. DJJ
  11. siap
  12. dan keluarga
  13. pimpin
  14. atur posisi
  15. handuk
  16. bokong
  17. buka 
  18. sarung
  19. kepala
  20. cek liitan
  21. tunggu
  22. biparietal
  23. sanggah
  24. susur
  25. nilai
  26. keringkan
  27. pastikan
  28. beritahu
  29. suntik
  30. jepit
  31. potong
  32. ikat
  33. hangatkan
  34. pindahkan
  35. regangkan
  36. kontraksi
  37. dorsokranial
  38. lahirkan
  39. masase
  40. cek kotiledon
  41. cek laserasi
  42. pastikan
  43. kontak
  44. ukur
  45. suntikan
  46. pemantauan
  47. ajarkan 
  48. evaluasi
  49. TTV
  50. periksa bayi
  51. dekontaminasi
  52. buang sampah
  53. bersihkan ibu
  54. pastikan ibu nyaman
  55. dekontaminasi tempat
  56. rendam
  57. cuci tangan
  58. pendokumentasian
lengkapnya sih gini

         1. kenali adanya tanda dan gejala kala II
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam - pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangi kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.

begitulah kira2 silahkan tambah dengan sumber lain biar lebih baik bagus
 semoga bermanfaat ya...
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 ADA YG TERBARU LAGI KAWAND,,,,,,
 
BY: sely nur H
Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut:
1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu kita melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dngan satu tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan
kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.
Sumber :
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neonatal Care, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002
 

 

manajemen resusitasi


manajemen resusitasi
by: sely nur h

1. PENGERTIAN 
Resusitasi atau Aspiksia adalah Bayi baru lahir yang mengalami megap-megap atau sulit bernafas karena kekurangan oksigren.

2. PENYEBAB-PENYEBAN RESUSITASI
  • Bayi menelan atau hidung bayi tersumbat oleh cairan mekonium
  • Tali pusar bayi yang terlalu pendek
  • Bayi terlilit tali pusar
  • Resusitasi juga dapat dipengaruhi oleh keadaan ibu ketika persalinan, contohnya ibu mengalami hipertensi. dll.
3. TATALAKSANA RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
Persiapan Alat
  • Alat Resusitasi lengkap
  • Troli
  • Meja Resusitasi
  • Lampu sorot
  • Stetoscop
  • Alat Penunjang
      • kassa steril
      • bengkok
      • cucing
      • gunting tali pusar
      • 2 kleem
      • handscoon
      • dee lee ( penghisap lendir )
  • Korentang dan tempatnya untuk mengambil alat-alat steri
  • stopwach
  • 2 handuk kecil
  • 2 gedong untuk membersihkan dan menghangatkan bayi
4. PENATALAAKKSANAAN  RESUSITASI
Setelsah bayi lahir lakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan resusitasi harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan akan membahayakan bayi. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan di atas perut ibu atau dekat perineum.

  •  Tindakan Resusitasi Bayi Baru lahir dengan Tidak Bernapas atau Bernapas Megap-megap.
Tahap I : Langkah Awal
Langkah ini perlu dilakukan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 6 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan teratur ( Sambil melakukan langkah awal ini : Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayinya perlu pertolongan napas; Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk member dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan ).
Adapun 6 langkah awal tersebut adalah :
1.)  Jaga Bayi tetap hangat :
Bagi bidan/Tenaga kesehatan yang sudah terbiasa :
a.)  Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu,
b.)   Bungkus bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat,
c.)   Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi.
Bagi bidan/tenaga kesehatan yang belum terbiasa melakukan tindakan di atas, lakukan sbb :
a.)  Potong tali pusat di atas kain yang ada di bawah perineum ibu.
b.)  Letakkan bayi di atas kain 45 cm dari perineum ibu,
c.)  Bungkus bayi dengan kain tersebut,
d.)  Pindahkan bayi di tempat resusitasi.

2.)  Atur Posisi Bayi
a.)  Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.
b.)  Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.

3.)  Isap Lendir, Gunakan alat penghisap lender De Lee dengan cara sbb:
a.)  Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung,
b.)  Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada waktu memasukkan,
c.)  Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam ( jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari tiga cm ke dalam hidung ), hal itu dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi
tiba-tiba berhenti bernapas.

4.)  Keringkan dan Rangsang bayi
a.)  Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan.
Rangsangan ini dapat membantu bayi baru lahir mulai bernapas atau tetap bernapas.
b.)  Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
o Menepuk atau menyentil telapak kaki,
o Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.

5.)  Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
a.)  Ganti kain yang telah basah dengan kain yang di bawahnya,
b.)  Bungkus bayi dengan kain tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau
pernapasan bayi,
c.)  Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

6.)  Lakukan Penilaian Bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau bernapas megap-megap ?
a.)  Bila bayi bernapas normal, berikan bayi kepada ibunya :
o Letakkan bayi di atas dada ibu dan selimuti keduanya untuk penghangatan dengan cara
kontak kulit bayi ke kulit ibu,
o Anjurkan ibu untuk menyusui bayi sambil membelainya.
b.)  Bila bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap, mulai lakukan ventilasi bayi.

Tahap II : Ventilasi

Ventilasi adalah merupakan tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru dengan tekanan positip untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan atau teratur.

Langkah-langkah :
1.)  Pasang sungkup, Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.
2.)  Ventilasi 2 kali
a.)  Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm Air.
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas dan
menguji apakah jalan napas bayi terbuka.
b.)  Lihat apakah dada bayi mengembang.
c.)  Bila dada tidak mengembang :
o Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah ekstensi,
o Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor,
o Periksa cairan atau lender di mulut. Bila ada lender atau cairan lakukan pengisapan.
d.)  Pindahkan bayi ke meja resusitasi
e.)  Keringkan dengan cara memutar-mutar dari kepala kaki lalu punggung
f.)  Lakukan rangsangan taktil
g.)  Atur Posisi bayi kembali
h.)  Baru dilakukan Resusitasi yaitu 20x dalam 30 detik
i.)  Setelah bayi membaik lakukan IMD ( Inisiasi Menyusui Dini )

  •  Tindakan Resusitasi Bayi Baru lahir dengan Air Ketuban Bercampur Mekonium
Mekonium adalah feces pertama dari Bayi Baru lahir ( BBL ). Mekonium bersifat kental, pekat dan
berwarna hijau kehitaman. Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali sesudah persalinan ( 12– 24 jam pertama ). Sekitar 15% kasus mekonium dikeluarkan sebelum persalinan dan bercampur dengan air ketuban. Hal ini menyebabkan cairan ketuban berwarna kehijauan. Mekonium jarang dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan. Bila mekonium telah terlihat sebelum persalinan dan bayi pada posisi kepala, monitor bayi dengan seksama karena merupakan tanda bahaya.

Tidak selalu jelas kenapa mekonium bisa dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang janin tidak
memperoleh oksigen yang cukup ( gawat janin ). Kekurangan oksigen dapat meningkatkan gerakan usus dan membuat relaksasi otot anus. Dengan demikian janin mengeluarkan mekonium. Bayi dengan resiko lebih tinggi untuk gawat janin memiliki pewrnaan air ketuban bercampur mekonium ( warna kehijauan ) lebih sering, misalnya bayi kecil untuk masa kehamilan ( KMK ) atau bayi post matur.

Bila air ketuban bercampur mekonium berwarna kehijauan, maka bayi dapat kemasukan mekonium
dalam paru-parunya selama di dalam rahim, atau mekonium masuk ke paru-paru sewaktu bayi memulai bernapas begitu lahir. Tersedak mekonium dapat menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian.

Untuk itu diperlukan pertolongan segera dengan melakukan tindakan resusitasi Bayi Baru Lahir dengan Air Ketuban Bercampur mekonium. Langkah-langkah Tindakan Resusitasi BBL dengan Air ketuban Bercampur Mekonium sama dengan pada BBL yang air ketubannya tidak bercampur mekonium, hanya berbeda pada :

1) Saat kepala lahir sebelum bahu keluar, isap lender dari mulut lalu hidung.
2) Setelah seluruh badan bayi lahir, lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal  Jika bernapas : a.)  potong tali pusat, dilanjutkan dengan Langkah Awal.
b.)  Jika tidak bernapas : letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala didekat penolong, buka
mulut lebar, usap mulut dan ulangi isap lender, potong tali pusat, dilanjutkan dengan Langkah
Awal. ( Ingat, Pemotongan tali pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila masih ada air
ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bisa tersedak ( aspirasi ).